Selasa, 31 Maret 2015
Kedudukan Manusia
Kedudukan manusia ada di garis yang di tengah. Sementara malaikat adalah makhluk yang paling di atas. Dan binatang adalah makhluk yang paling di bawah. Kenapa malaikat lebih hebat dari manusia ?..,, karena akal diberi nafsu tidak. Kenapa binatang derajatnya paling di bawah ?..,, kebalikan dari malaikat, nafsu di beri akal tidak. Sedangkan manusia seperti kita ini berada digaris yang di tengah mempunyai akal, juga mempunyai nafsu. Yang ditengah ini bisa menembus naik ke atas lebih hebat dari malaikat, juga bisa menurun ke bawah lebih jahat dari binatang. Lalu apabila batang tubuh manusia itu ada sejumlah lima perkara, maka kedudukannya lebih hebat dari malaikat. Yang pertama, ia Istiqamah dalam beribadah. Tidak memakai situasi dan kondisi. Kaya ibadah, miskin ibadah, sehat ibadah, sakit ibadah, lapang ibadah, sibuk ibadah. Yang kedua, dalam ibadah yang istiqamah tadi disertai dengan motivasi ikhlas. Bukan mencari popularitas, semata-mata menuntut keridhoan Allah Swt. Dalam ibadah yang banyak, tidak minta puji kepada makhluk, tidak menginginkan supaya makhluk menghormati kita, semata-mata menuntut keridhoan Allah Swt. Karena di dalam perintah-Nya, mengerjakan perintah Allah Swt. di situlah letaknya ridho Allah Swt. Karena pada aqidahnya, yang ikhlas bisa terus, yang tidak ikhlas akan putus. Tetapi bisakah kita ikhlas, "tidak" sebelum kita dicintai Allah Swt kita tidak bisa Ikhlas. "Ikhlas itu satu rahasia dari beberapa rahasia-Ku. Aku letakkan ikhlas ke dalam hati hamba-Ku yang Aku sudah cinta kepada makhluk itu". Mudah-mudahan kita semua hamba yang dicintai Allah Swt. Sehingga seluruh gerak gerik kita dalam keadaan ikhlas, semata mata untuk beramal. Dahulukan niat sebelum beramal. Yang ketiga, Itikat kita kepada makhluk, walaupun dengan Allah Swt. tetapi ada hubungannya dengan makhluk. Dengan kata lain, yang ketiga ini semua pengharapan semua urusannya mengharapkan Allah Swt. Tidak mengandalkan kecerdasan pikiran, tidak mengandalkan kekuatan dan kegagahan, tetapi mengharapkan Allah Swt. Bukan tawakal kepada makhluk, sedangkan tawakal kepada makhluk akan putus asa, hanya berharap kepada Allah Swt. Artinya ini adalah masalah Tawakal, menyerahkan seluruh urusan kepada Allah Swt. Syariat kita kerjakan, hasil yang kita kerjakan minta kepada Allah Swt. Sakit berobat, tapi meminta sembuhnya tidak kepada dokter dan kepada obat, tetapi kepada Allah Swt. Pada ketika rumah kita memerlukan kunci yang besar, datangkan satpam rumah kita, kunci pagar kita kunci, satpam pun diam di depam. Apakah kita mengandalkan satpam dan besarya kunci, tidak. setelah kita minta kepada satpam dan kita kunci rumah dan pagar kita. Ya Allah, Ya Rabbi, peliharakanlah. kepada Allah Swt., bukan kepada makhluk. Tetapi Syariat kita kerjakan. Apabila kita meminta kepada Allah Swt., minta dipeliharakan. Pasti Allah Swt. memeliharakan, Allah Swt. tidak akan menyia-nyiakan. Disinilah maaf kadang-kadang ibu-ibu yang menangisi kematian suami, bukan kematian suaminya yang di tangisi, tapi siapa lagi yang mengongkosi aku. Karena ia berpegang kepada suami. Jangan mengandalkan suami. Tawakal terbagi tiga, yang pertama tawakal sang bayi kepada ibunya, yang kedua tawakal mayit kepada tukang pemandian, yang ketiga fana tidak ada tawakal selain kepada Allah Swt. Orang bertani jangan tawakal kepada pupuk dan musim. Silakan berbicara, tetapi batin tidak boleh bergeser. Orang tawakal kepada sawah, pada ketika ia berangkat musimnya musim panas. Dilihat sawahnya kering karena hujan tidak turun. Pulang dari sawah, menangis. Padahal, "Apabila Allah Swt. satu pintu, Allah membukakan beberapa pintu-pintu yang lain. Pergi ikut menambang, di penambangan dapat emas. Untuk apa kita memikirkan terlalu, sehingga kita terganggu beribadah gara-gara berusaha. Takut karena tidak makan. Kita ini kenapa sebabnya hidup ini terlalu mementingkan dunia tidak beribadah, karena kita ingin berlebihan. Jika kita ingin sekedarnya saja, Insya Allah kita tidak terlalu susah. Ingin berlebihan, Al Qur'an mengatakan, "Yang melalaikan kamu dari ibadah itu, lantaran kamu ingin menumpuk harta". Ingat dua Aqidah, yang pertama setiap orang hidup pasti mati, yang kedua setiap orang hidup pasti ada rezeki. Sadarkah kita hidup ini. Untuk apa kita yang sudah dijamin itu berlebihan. Setiap orang hidup pasti ada rezeki, mengapa kita berlebihan, mengapa kita terlalu mementingkan rezeki, padahal sudah dijamin oleh Allah Swt. Apa yang dikatakan imam Syafi'i, "mengejar kau dengan rezeki tidak lebih dari apa yang ditetapkan Allah Swt. Lari kita dari rezeki tidak kurang dari apa yang ditakdirkan Allah Swt. Bahasa banjarnya, "Bahimat kada balabih, kada bahimat kada bakurang jua". Ditakdirkan sudah oleh Allah Swt. Misalnya kita memang nasib sial, nasib susah, mengikuti orang berdagang sesuatu, kita ikuti, lalu kita macet, orang laris terus, nasib sudah sial. Mudah-mudahan nasib kita di baguskan oleh Allah Swt. Sedangkan surga dan neraka kita tidak tahu, tidak dijamin oleh Allah Swt. Sedangkan rezeki sudah dijamin oleh Allah Swt. Anehnya kita, mengapa yang sudah dijamin kita berlebihan, sedangkan surga dan neraka kita tidak ketahui, kenapa tidak bersungguh sungguh dalam beribadah. Seharusnya kita lebih mementingkan ibadah, karena kita tidak tahu takdirnya surga atau neraka. Urusan rezeki itu nomor dua, karena sudah ditakdirkan Allah Swt. Tetapi bukan berarti kita tidak berusaha lagi, Usaha tetap kita jalankan, tetapi jangan sampai kita mengandalkan Usaha.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar