Nabi Musa a.s. adalah keturunan keluarga Imran. Nabi Musa a.s. hidup di Negeri Mesir pada masa pemerintahan Raja Ramses II. Raja Ramses II dijuluki dengan sebutan Fir'aun. Ayah Nabi Musa a.s. bernama Imran bin Qahat bin Lawi bin Yakub dan ibunya bernama Yukabad. Mereka termasuk orang yang taat beragama dan saleh. Nabi Musa a.s. lahir di sebuah daerah tidak jauh dari Sungai Nil, sebuah sungai kebanggaan di Negeri Mesir.
Fir'aun menganggap dirinya sebagai Tuhan. Semua orang harus menyambah kepadanya. Semua orang harus menyembah kepadanya. Pada suatu malam, Fir'aun bermimpi. Ia pun kemudian memanggil para peramal dan ahli nujum untuk meramalkan mimpinya. Oleh ahli nujum, mimpi itu diartikan akan lahir seorang bocah laki-laki dari Bani Israil yang akan merampas kekuasaan raja.
Seketika itu Fir'aun memerintahkan seluruh pasukannya untuk membunuh setiap bocah laki-laki. Menghadapi sikap Fir'aun, Ibu Musa (Yukabad) merasa sangat gelisah karena begitu ketatnya penyelidikan para petugas.
Suatu ketika Ibu Musa mendapat petunjuk di dalam mimpinya agar anaknya yang berusia tiga bulan di masukkan ke dalam sebuah kotak dan dihanyutkan di Sungai Nil. Ia menyerahkan kepada Allah Swt. dengan mengucap, "Ya Allah, anak ini adalah milik-Mu. Kami berdua tidak sanggup melindungi dari pembunuhan Raja Fir'aun yang kejam. Untuk itu, kami serahkan kepadamu, ya Allah, atas keselamatannya".
Atas izin Allah Swt. kotak berisi bayi yang dihanyutkan ke sungai diketemukan oleh istri Fir'aun bernama Asiah ketika sedang mandi di Sungai Nil. Kotak itu di ambilnya, lalu bayi di dalamnya dipelihara. Fir'aun merasa curiga terhadap bayi tersebut. Namun, Asiah tetap bersikeras untuk memeliharanya karena ia sudah lama mendambakan anak. Bayi itu oleh Asiah diber nama Musa yang berarti air dan pohon. Selanjutnya, bayi tersebut disusukan kepada salah seorang ibu. Seorang ibu yang diberi kepercayaan menyusui Musa bernama Yukabad yang tiada lain adalah ibu kandung Musa sendiri.
Musa berkali-kali berbuat yang menjengkelkan Raja Fir'aun. Raja Fir'aun bermaksud hendak membuang atau membunuhnya. Namun, Asiah selalu memohon kepada raja agar Musa jangan dibunuh, melainkan dibuang saja hingga Musa menjadi dewasa. Musa tumbuh menjadi pemuda yang cerdas, terampil, jujur, teguh pendirian, pemberani, dan bertanggung jawab. Ia tidak sependapat dengan kebijakan-kebijakan ayah angkatnya. Mulai dari penindasan rakyat jelata, sampai pada pemujaan terhadap raja.
Pada suatu hari, Musa melihat dua orang sedang berkelahi. Musa berusaha melerai keduanya. Namun, salah satu dari keduanya justru menantang Musa. Akhirnya, yang menantang dipukul Musa dan mati seketika. Merasa takut dimarahi Fir'aun, Musa memutuskan untuk meniggalkan Mesir. Saat itu, Ia berusia 18 tahun. Musa pergi ke Madyan, kota tempat Nabi Syu'aib a.s. Di kota tersebut, ia dinikahkan dengan putri Nabi Syu'aib yang bernama Shafira.
Allah Swt. mengangkat Musa sebagai rasul melalui dialog langsung di bukit Tursina. Musa dikaruniai Kitab Taurat sebagai pedoman hidup dan diberi sebuah tongkat (mukjizat) sebagai bukti kerasulan dirinya. Sepuluh tahun setelah meninggalkan mesir, Musa kembali ke Mesir bersama Istrinya. Ia bermaksud menghilangkan rasa rindu kepada orang tua asuhnya, yaitu Fir'aun dan mengajak beserta keluarga beriman kepada Allah Swt.
Setiba di Mesir, Nabi Musa a.s. menyampaikan keinginannya kepada Fir'aun dan berkata,"Tiada tuhan selain Allah dan bertobatlah dari perbuatanmu sekarang". Mendengar keinginan Nabi Musa a.s. tersebut, Fir'aun marah dan mengajak adu kemampuan. Fir'aun mendatangkan tukang-tukang sihir dan berkata kepada mereka,"Keluarkan kepandaian sihir kalian untuk menghapadi Musa". Tukang-tukang sihir Fir'aun melemparkan tali-temali yang mereka bawa. Dalam sekejap, tali-temali itu berubah menjadi ular yang bergerak ke arah Nabi Musa a.s.
Orang-orang yang menyaksikan kejadian itu bersorak-sorai bercampur cemas, jangan-jangan mereka nanti yang akan digigit ular tukang-tukang sihir itu. Nabi Musa a.s. tetap diam di tempat dan dilihatnya tali itu tetap sebagai tali yang bergerak karena digerakkan tukang sihir. Fir'aun berkata,"Jika engkau benar seorang nabi, berilah suatu tanda". Nabi Musa melemparkan tongkatnya dan berubahlah tongkat itu menjadi ular yang sangat besar sehingga menelan ular-ular para tukang sihir Raja Fir'aun.
Melihat peristiwa tersebut, banyak tukang sihir kerajaan yang justru menyatakan diri beriman kepada Allah Swt. dan meyakini kerasulan Nabi Musa a.s. Raja Fir'aun semakin marah setelah mengetahui istrinya juga membenarkan kerasulan Nabi Musa a.s. Raja Fir'aun segera memerintahkan bala tentaranya untuk membinasakan Nabi Musa a.s. dan pengikutnya. Dikejarlah mereka oleh Fir'aun dan tentaranya hingga di tepi Laut Merah.
Sampai di tepi Laut Merah, Nabi Musa a.s. memohon pertolongan kepada Allah Swt. agar di beri jalan keluar dari kesulitan yang dihadapi. Permohonan Nabi Musa a.s. dikabulkan Allah Swt. melalui perintah agar ia memukulkan tongkatnya ke laut. Atas izin Allah Swt., terbelahlah laut itu menjadi jalan yang dapat dilalui oleh Nabi Musa a.s. dan pengikutnya. Mereka disusul oleh Fir'aun dan bala tentaranya. Allah Swt. menyelamatkan Nabi Musa a.s. dan pengikutnya, sedangkan Fir'aun dan bala tentaranya yang masih di tengah laut tenggelam karena air laut kembali menyatu.
Peristiwa tersebut diabadikan dalam Firman Allah Swt. sebagai berikut."Kemudian Fir'aun dengan bala tentaranya mengejar mereka, tetapi mereka digulung ombak yang menenggelamkan mereka". (Q.S. Taha/20 : 78)
Nabi Musa a.s. ke bukit Tursina 40 malam untuk menyempurnakan kerasulannya. Ia menerima wahyu berupa kitab Taurat. Pengawasan terhadap kaumnya diserahkan kepada saudaranya, Nabi Harun a.s.
Sepeninggal Nabi Musa a.s. bermunajat kepada Allah Swt., Bani Israil dihasut seorang munafik bernama Samiri. Karena keyakinan tauhid yang belum tebal, mereka dengan mudah termakan hasutan Samiri. Mereka membuat patung anak sapi yang disembah sebagai tuhan. Nabi Harun a.s. tidak berdaya menghadapi kaumnya yang murtad. Ketika kembali, Nabi Musa a.s. amat marah dan bersedih hati. Mula-mula, ia marah kepada Nabi Harun a.s. yang dianggap tidak dapat menjaga kaumnya dengan baik.
Setelah mendengarkan penjelasan Nabi Harun a.s., Nabi Musa a.s. pun tenang kembali. Ia megusir Samiri dan menjelaskan kepada kaumnya tentang perbuatan mereka yang salah. Selanjutnya, Allah Swt. memerintahkan Nabi Musa a.s. agar membawa sekelompok orang dari kaumnya untuk memohon ampun atas dosa mereka menyembah patung anak sapi.
Pada suatu ketika, terjadi pembunuhan terhadap seseorang karena masalah warisan. Siapa pembunuhnya tidak diketahui. Orang berdatangan ke rumah Nabi Musa a.s. dan berkata, "Jika memang engkau benar utusan Allah, coba jelaskan siapa sebenarnya pembunuh orang ini !!!.
Nabi Musa a.s. memerintahkan kepada kaumnya agar menyembelih sapi betina tetapi perintah itu justru tidak dipercaya. Namun, perintah itu akhirnya dilaksanakan . Setelah menyembelih sapi betina, sebagian anggota sapi itu dipukulkan pada orang yang telah mati. Seketika itu pula, orang yang telah mati tersebut tiba-tiba hidup kembali dan berkata,"Yang membunuhku adalah anakku sendiri". Setelah mengucapkan kalimat tersebut, orangitu mati kembali.
Peristiwa tersebut telah diceritakan Allah Swt. dalam Surah Al-Baqarah ayat 73 berikut. "Lalu kami berfirman, Pukullah (mayat) itu dengan bagian dari (sapi) itu!. Demikianlah Allah menghidupkan (orang) yang telah mati, dan Dia memperlihatkan kepadamu tanda-tanda (Kekuasaan-Nya) agar kamu mengerti". (Q.S. Al-Baqarah/2 : 73)
Nabi Musa a.s. pernah belajar kepada Nabi Khidir a.s. Padahal, Nabi Musa a.s. merasa lebih pandai dibandingkan lainnya. Ternyata, Nabi Musa a.s. tidak berhasil dalam belajarnya. Ia merasa lebih bodoh dibandingkan dengan Nabi Khidir a.s.
Sebagai contoh, dalam perjalanan Nabi Khidir a.s. berpesan kepada Nabi Musa a.s. agar jangan bertanya sebelum dijelaskan terhadap apa pun yang dilakukan Nabi Khidir a.s. melakukan hal-hal sebagai berikut.
1. Tatkala menumpang perahu yang baru, perahu itu di lubangi oleh Nabi Khidir a.s. Nabi Musa a.s. tidak sabar, lalu berkata, "Sungguh engkau tidak tahu diri. Mengapa perahu ini engkau lubangi dan bagaimana nasib para penumpang nanti ? Mereka pasti tenggelam, bukan ?
2. Nabi Khidir a.s. membunuh anak kecil yang tidak diketahui salahnya. Nabi Musa a.s. tidak sabar lagi dan marah-marah. Ia berkata, "Sungguh engkau berbuat zalim. Mengapa engkau bunuh anak yang tidak bersalah itu ?
3. Nabi Khidir a.s.mengajak menegakkan bangunan yang sedang miring. Nabi Musa a.s. tidak mau membantu karena pada saat itu payah dan lapar sekali.
Nabi Khidir a.s. menjelaskan beberapa hal yang telah dilakukan sebagai berikut.
1. Melubangi perahu di tengah laut yang sedang dinaiki, padahal perahu tersebut baru. Hal tersebut dilakukan karena di depannya ada raja kejam yang suka menyita semua perahu yang baik-baik. Perahu itu milik orang miskin yang digunakan mencari nafkah untuk anak istrinya. Jika tidak dilubangi, pasti akan disita oleh raja.
2. Membunuh anak kecil demi keselamatan ayahnya. Jika anak tersebut tidak dibunuh, kelak apabila dewasa akan menjadi anak durhaka dan membunuh ayahnya.
3. Menegakkan bangunan yang roboh, demi keselamatan harta peninggalan autuk anak. Hal itu dilakukan karena dibawahnya ada harta peninggalan untuk anak yatim yang akan dimiliki setelah dewasa. Apabila bangunan tersebut tidak ditegakkan, harta tersebut akan ditemukan orang lain.
Nabi Musa a.s. termasuk nabi yang terpilih. Oleh karena itu, ia diberikan beberapa keistimewaan oleh Allah Swt. antara lain sebagai berikut.
1. Kitab Taurat sebagai pedoman bagi kaum Bani Israil
2. Tongkatnya dapat berubah menjadi ular besar atas izin Allah Swt. dan memakan ular-ular kecil tukang-tukang sihir Fir'aun
3. Tongkatnya dapat membelah Laut Merah sehingga menyelamatkan Nabi Musa a.s. dan para pengikutnya
4. Nabi Musa a.s. mampu membuka tabir pembunuh seseorang karena harta warisan dengan menyembelih sapi betina
Nabi Musa a.s. wafat dengan meninggalkan 12 suku dalam keadaan beriman kepada Allah Swt. Setelah meninggal, Bani Israil dikenal sebagai kaum yang congkak dan sombong serta keras kelapa, bahkaan sulit diatur. Allah Swt. sering memberi azab sebagai peringatan kepada mereka, antara lain sebagai berikut.
1. Ketika kaum Bani Israil ingin melihat wajah Allah Swt., mereka disambar halilintar hingga tewas
2. Karena tidak mau menghadiri majelis yang diselenggarakan Nabi Musa a.s. setiap hari Sabtu, mereka dilaknat oleh Allah Swt. bersama hartanya.
3. Karena kaumnya tetap menyembah patung anak sapi dari emas yang dapat bersuara buatan Samiri, Nabi Musa a.s. datang dengan marah dan memerintah mereka agar bertobat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar